
PERSONALITY
Ia bukan wanita yang hangat, bukan juga wanita yang dingin. Ia tidak pandai mengungkapkan perasaan, namun ia mengutarakan apa yang diinginkan dengan jelas. Ia protektif terhadap hal-hal yang ingin dia lindungi. Kepercayaan dan Pendampingan adalah hal yang harus dibayar mahal baginya. Uang dan seks adalah segalanya.
STRENGTH
Cerdik
Jenius
Cepat tanggap
Kuat
Mandiri
Ambisius

WEAKNESS
Licik
Arogan
Egois
Pesimistis
Materialistis
Hedonis
Tidak memiliki prinsip hidup.
CHAPTER I: BIRTH & EARLY LIFE
Seorang bayi perempuan yang cantik ditemukan di depan pintu salah satu gereja di Seoul pada tanggal 2 Mei 1992. Dengan sebuah surat yang diselipkan begitu saja di keranjang bayi yang ia tiduri, berisikan sebuah nama, “Jung Hwa-mi” yang berarti kecantikan yang membuat siapapun dapat mengeluarkan emosi berlebihan ketika melihatnya.
Jung Hwa-mi menghabiskan seluruh masa kecil dan masa remajanya dalam naungan gereja dengan segala rasa ingin mengetahui siapakah gerangan kedua orangtua yang telah melahirkannya ke dunia ini. Jung Hwa-mi yang masih polos menghabiskan masa remajanya dengan ambisius, bertekad untuk menemukan kedua orangtuanya dan mengimpikan hidup yang bahagia sebagai sebuah keluarga yang utuh, seperti yang sering ia lihat setiap Hari Sabat di gereja. Dikaruniai berkat kejeniusan, Jung Hwa-mi dengan segala cita-citanya untuk menemukan orangtuanya, kemudian melanjutkan pendidikannya di Seoul National University jurusan Political Science. Namun, disanalah kehidupannya yang “salah” bermula.
CHAPTER II: THE BEGIN OF ALL
Jung Hwa-mi terlibat cinta terlarang dengan profesornya sendiri, yang juga merupakan salah satu pejabat paling berpengaruh di Korea Selatan. Hidupnya berubah 180°, dari gadis yatim piatu miskin menjadi gadis yang bergelimang harta. “Kekasih gelap”nya ini kemudian memberikan sebuah nama julukan pada Hwa-mi sebagai tanda kekaguman atas kecantikan dan keindahan Hwa-mi yang membuat siapapun kebingungan melihatnya, yaitu Noir.
Hwa-mi kemudian menghabiskan masa mudanya sebagai Noir Jung. Noir Jung diberi segala fasilitas agar dapat menunjang kehidupan percintaan gelap mereka, dari hunian apartemen, segala kebutuhan pokok dan non-pokok berkualitas tinggi yang tentunya berharga tinggi pula.
CHAPTER III: NOIR JUNG
Noir Jung mengabaikan segala kenyataan bahwa ia hanya seorang kekasih gelap dari pria tua yang sudah memiliki keluarga dan popularitas yang tidak main-main. Sejak mengenal kekasihnya ini, Noir Jung dapat merasakan kenikmatan duniawi yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Noir Jung menemukan arti hidup yang sesungguhnya, yaitu berada dalam dunia yang materialistis. Noir Jung kemudian berubah, dari gadis taat dan tekun, menjadi gadis yang bertujuan untuk meraup segala kekayaan, penuh perhitungan, dan hypersex. Kekasih gelapnya bukan hanya mengajarkan bagaimana cara memiliki hidup yang bergelimang harta, namun juga dalam kehidupan bercinta secara fisik.
Noir Jung berpikiran bahwa dengan segala kekayaan yang ia miliki, maka dapat dengan mudah mencari siapa kedua orangtuanya. Dunia ini tidak dapat berdiri sendiri hanya dengan tekad yang kuat dan kejeniusan yang ia miliki akan ilmu. Kejeniusan haruslah dipakainya untuk meraih segala tujuan, apapun itu caranya, salah satunya adalah melalui kekasih gelapnya. Hubungan yang terjadi diantara keduanya adalah hubungan yang bersifat mutualisme – dengan sang pejabat memanfaatkan tubuh indah Noir Jung, dan Noir Jung memanfaatkan segala kekayaan yang diberikan oleh pria itu.
CHAPTER IV: SHE IS A HUMAN TOO
Siapa sangka, perasaan terlarang dan bersifat memanfaatkan ini berkembang menjadi sebuah perasaan yang lebih dalam. Perasaan kesepian dari manusia yang kian dewasa menyerang Noir Jung, dan hanya kekasih gelapnya yang mengisi kekosongan itu. Noir Jung kemudian semakin menggantungkan hidupnya pada kekasihnya, tanpa menyadari itu adalah hal yang buruk – karena tidak ada satupun yang mengajarinya tentang apa itu perasaan cinta dan bagaimana cinta itu seharusnya bekerja.
Noir Jung yang dibutakan oleh perasaan yang baru pertama kali dirasakan itu, kemudian mulai menuntut eksistensi pria itu dalam kehidupannya. Sekali lagi mengabaikan fakta bahwa pria itu adalah pria yang sudah berkeluarga. Di malam itu, perasaannya yang meledak-ledak seusai pergulatan mereka di ranjang, mendorong Noir Jung untuk menyatakan perasaannya.
CHAPTER V: REALITY, PAIN & TRAUMA
Umpan balik yang diberikan oleh pria itu sungguh tak terduga. Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Noir Jung. Kata-kata yang mengikuti tamparan itu turut menampar pula Noir Jung dari kenyataan yang ada. Bahwa selama ini perlakuan pria itu tak lain dan tak bukan hanyalah untuk memanfaatkan tubuhnya semata, dan memandang Noir Jung bukan sebagai manusia, melainkan hanyalah objek pemberi kepuasan semata. Noir Jung yang memandang kebaikan pria itu selama ini, termenung dan merenungkan hidupnya yang ternyata kembali tak berarti.
Noir Jung ditampar kenyataan bahwa kehidupannya hanyalah sebagai seorang mistrees yang didatangi ketika dibutuhkan saja. Ia menyadari bahwa dunia dan kehidupan di dalamnya sangat jahat, dan percuma saja untuk memiliki perasaan mendalam pada dunia. Setelah Noir Jung terlepas dari ikatan kenaifan yang membelenggunya, Noir Jung kembali bermetamorfosa dari gadis lugu yang manis menjadi seorang wanita yang dingin, licik, dan semakin mempedulikan diri sendiri.
Perubahan sikap Noir Jung setelah malam itu membuat geram kekasihnya, si pria lelaki belang. Noir Jung menuntut kekasihnya untuk berperilaku “baik” terhadap Noir Jung, dengan cara memenuhi segala apa yang diinginkan dan diminta oleh Noir Jung. Noir Jung yang cerdik menjadikan ancaman-ancaman sebagai tameng agar pria itu mengabulkan segala permintaannya. Kegeraman sang kekasih hidung belang pun tak terelakkan lagi, dengan segala rencananya ia berusaha membuang jauh-jauh Noir Jung yang mulai “tak manis lagi” dari kehidupannya.
Hubungan yang penuh racun ini mulai menggerogoti jiwa Noir Jung dengan ganasnya. Noir Jung dengan segala kesadaran yang masih tersisa, memutuskan untuk mengiyakan usaha pria itu untuk membuangnya dari kehidupan. Namun jiwa materialistis yang terlanjur menempel di jiwanya tak memperbolehkan Noir Jung untuk mentah-mentah terlepas dari pria itu begitu saja. Noir Jung mengiyakan keputusan pria itu untuk “membuang”nya ke sebuah kota yang jauh dari ibukota, bernama “Tamna City”, dengan satu syarat, bahwa kehidupannya akan terus disokong oleh kekayaan pria itu.
CHAPTER VI: PURPOSE OF LIFE
Mendengar kata “Tamna City”, Noir Jung kemudian teringat akan perkataan salah satu detektif yang ia sewa untuk mencari keberadaan orangtuanya; bahwa kedua orangtuanya berada disana. Berharap mendapatkan kehidupan baru bersama orangtuanya, Noir Jung dengan segala kepahitan hidupnya, memulai kisah di Tamna City sebagai wanita penghibur pekerja malam – demi kepuasan jiwanya yang telah usang, serta demi akses informasi yang diberikan oleh para manusia yang penuh dengan kekhilafan.
TO BE CONTINUED